Rabu, 07 Maret 2012

How Deep is Your Love

Sumber Gambar : www.rbbasinger.wordpress.com
 Siapa sih yang enggak tau satu kata ini, love. Duh, enggak beuds deeh... Setiap hari kita pasti membaca, mendengarkan, atau melihat love atau cinta. Novel-novel teenlit mengisahkan kisah percintaan remaja. Stasiun televisi banyak menampilkan sinetron tentang cinta. Hampir semua lagu yang dikonsumsi publik bertema cinta, dari yang ceria sampai yang melankolis. Nggak ketinggalan, pelajar masa kini memasang status cinta-cinta'an di facebook, termasuk kita (iya apa iya?) Wow, cinta... cinta... cinta... Tapi apakah itu arti cinta yang sesungguhnya  dan seberapa dalam sih sebenarnya cinta yang kita miliki? Well, baca dulu cerita yang satu ini!
Seekor ulat yang kelaparan terdampar di tanah tandus. Mulai kelaparan, ia mencari rerumputan di tanah itu. Hari telah berlalu, bahkan bulan telah berganti. Tapi tak ada satu tanaman pun yang hidup di tanah itu, selain pohon mangga. Dengan lemas ia menghampiri pohon mangga dan merintih, “Aku sangat lapar Mangga, bolehkah aku makan satu daunmu?”. Pohon Mangga itu pun berpikir sejenak, karena tanah di situ tandus dan daunnya sendiri pun tidak banyak. Ia sudah berjuang keras untuk bisa bertahan hidup di tanah itu . “Jika aku memberikan satu daunku saja mungkin aku akan mati kekeringan”, gumam pohon mangga. Ia melihat ulat lagi. Ulat itu tampak sangat kurus, merambat saja tertatih-tatih.
                Baiklah, kau boleh naik dan memakannya. Makanlah sampai kenyang, Ulat”, jawab pohon Mangga merelakan daunnya. “Benarkah?  Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri?”, tanya ulat. Pohon Mangga menghela napas dan berkata, “Jangan khawatirkan aku. Makanlah sebelum kamu mati kelaparan. Aku akan menunggu hujan datang dan menumbuhkan daunku”. Ulat pun naik dengan penuh semangat dan mulai makan. Ia hidup di atas pohon itu sampai menjadi kepompong. Akhirnya, ia berubah menjadi kupu-kupu yang cantik.  “Hai pohon mangga, lihatlah aku sudah menjadi kupu-kupu. Terima kasih karena telah mengizinkan aku hidup di tubuhmu dan makan dari dedaunanmu.  Sebagai balas budi, aku akan membawa serbuk sari hingga bungamu dapat berbuah.”
                Domsavian, cinta bukan hanya sekedar kata untuk diucapkan. Yang lebih penting kita harus memaknai dan mengamalkan cinta dalam kehidupan kita sehari-hari. Lewat cerita ulat dan pohon mangga, kita bisa melihat wujud cinta yang nyata yaitu saling memahami, memberi, rela berkorban, dan tulus hati. Melihat ulat yang kelaparan, pohon mangga memberikan dirinya sebagai makanan ulat dengan cuma-cuma. Ulat pun tidak harus mencari tanaman teh, merambat batangnya, dan meraih pucuk daun (pucuk...pucuk..pucuk... wkwkwk) Pohon Mangga bahkan memberi tumpangan hidup bagi ulat hingga ia berkembang menjadi kupu-kupu.
                Banyak sekali orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Nggak jauh-jauh kok, mereka ada di sekitar kita. Di kota ini sering kita jumpai para pengemis dan gelandangan yang hidup dari mengais rupiah di dekat lampu merah dan tidur beralaskan koran di tepian jalan. Banyak anak yatim piatu yang harus hidup tanpa kasih sayang dan asuhan orangtua.
                Melihat keadaan mereka itu semua membuat kita merasa prihatin. Kita patut bersyukur karena lebih beruntung dibandingkan mereka. Tetapi bersyukur saja tidak cukup, teman-teman Domsavian. Kita perlu mewujudkan rasa syukur kita melalui tindakan nyata. Banyak hal yang bisa kita lakukan dalam mewujudkan rasa syukur itu. Menyumbang sesuai kemampuan kita melalui Gereja, kotak-kotak amal di jalan-jalan (biasanya dilakukan oleh kakak-kakak mahasiswa), dan di sekolah melalui kolekte dan APP. Sekecil apa pun sumbangan yang kita berikan, akan memberikan arti yang besar bagi mereka yang membutuhkan. Tak lupa, kita juga perlu mewujudkan cinta kasih kita dengan mendoakan mereka.
Antonina Ayuning Budi 8J/1 - Cahaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar