Sabtu, 25 September 2010

Tornado


Indonesia yang mempunyai letak geografis yang strategis, karena merupakan pintu masuk dan keluarnya perdagangan Internasional baik yang dari arah belahan bumi utara maupun belahan bumi selatan. Disamping itu Indonesia mempunyai ribuan pulau kecil hingga yang terbesar, beberapa teluk dan selat, serta danau dan bukit-bukit, sehingga kondisi ini ikut berperan terhadap pembentukan pola cuaca di Indonesia, oleh karena itu pengaruh yang dominan terhadap pembentukan dan perubahan cuaca di Indonesia lebih pada faktor lokal atau faktor topografi suatu daerah.
Cuaca dalam skala yang sempit, sebut saja dalam skala 5 sampai 10 km atau bahkan sampai dengan 50 km sangat sulit diprediksi, apalagi untuk memprediksi cuaca seperti angin Tornado atau puting beliung yang mempunyai cakupan hanya 3  5 km dengan kejadian yang relatif singkat dan cepat.
            Sebutan Tornado atau badai sering membingungkan masyarakat dan menakutkan karena ketidaktahuan akan pengetahuan tentang fenomena alam tersebut. Tornado memang mempunyai daya rusak yang hebat, akan tetapi kejadian Tornado tergantung dari skalanya sementara di Indonesia Tornado memang ada, akan tetapi hanya pada skala F0 dan F1 atau sering dikenal dengan Puting beliung, angin puyuh, angin ribut atau angin lesus. Apakah Tornado sama dengan Puting beliung? jawabnya ya, perbedaannya hanya pada penyebutan dan skala intensitas Tornado, di Indonesia Tornado dikenal dengan sebutan angin puting beliung atau angin lesus, yang berbeda adalah dalam skala intensitasnya saja, di Indonesia tornado hanya pada skala F0 dan F1. Frekuensi kejadian Puting beliung pada tahun 2006 di Sumatera dan Jawa lebih sering bulan Nopember yaitu pada saat memasuki  musim penghujan dan bulan Maret pada saat memasuki musim kemarau dan kejadian angin Puting beliung atau Tornado lebih sering pada siang atau sore hari.
            Menurut Kamus Meteorologi (AMS 2000), Tornado adalah “ suatu kolom udara yang berputar dengan kencang, timbul dari awan cumuliform atau dari bagian bawah awan cumuliform, dan sering ( tidak selalu ) tampak seperti funnel cloud.” Dengan kata lain, sebuah vorteks yang diklasifikasikan sebagai Tornado, harus terhubung dengan permukaan tanah dan dasar awan. Ahli meteorologi belum menemukan cara yang mudah untuk mengklasifikasi dan mendefinisikan Tornado. Contohnya, tidak ada perbedaan yang jelas antara mesosiklon ( sirkulasi badai guntur induk ) di permukaan dengan Tornado lemah yang besar.

Bagaimana Tornado terbentuk ?
            Sebagian besar Tornado yang merusak dan mematikan disebabkan oleh supersel, yaitu badai guntur yang berputar dengan sirkulasi yang teratur yang disebut mesosiklon. Supersel juga dapat menimbulkan hujan es yang merusak, angin kencang non-Tornado, kilat, dan banjir tiba-tiba. Pembentukan tornado umumnya dapat dilihat pada hal- hal yang terjadi pada skala badai, didalam dan sekitar mesosiklon. Pertumbuhan Tornado berhubungan dengan perbedaan temperatur pada di tepi massa udara turun ( downdraft ) yang berada di sekitar mesosiklon (downdraft oklusi). Studi pemodelan secara matematis tentang pertumbuhan Tornado juga mengindikasikan Tornado dapat terjadi tanpa pola temperatur/suhu, bahkan kenyataannya variasi temperatur yang teramati sangat kecil pada beberapa Tornado yang menyebabkan kerusakan hebat.

**diolah dari berbagai sumber
(  Augustinus Wahyu Windarto / Cahaya  )