Saudara dan teman muda yang disayangi Tuhan.
Pada kesempatan ini aku sampaikan refleksi “ Keutamaan Rendah Hati ” Keutamaan ini dari Br. Bernardus Hoecken FIC, pendiri kedua Bruder FIC. Tujuannya, untuk membentuk habitus baru bagi para bruder dan kita semua yang percaya dan mengikutinya.
Rendah hati sangat erat hubungannya dengan sikap seseorang yang melayani dan meyakini dengan tindakan itu, maka akan menerima banyak berkat. “ Bertingkahlakulah rendah hati, dan anggaplah diri Anda pengabdi semua orang…” Dengan rendah hati kita atau orang harus selalu terbuka dengan pandangan orang lain, dan mendorong kita/ seseorang menyadari atas kekecilannya, dan perlu bantuan Tuhan dan orang lain. ( Buku Petunjuk-Petunjuk bagi seorang Pemimpin. Br. Bernardus Hoecken FIC )
Dalam refleksi, kami menyodorkan bacaan Kitab Suci, dan renungan dari Rm. Yustinus Sumantri Hp., Pr., Kerendahan Hati, dan jadilah Fondasi. Marilah kita ikuti, dan membaca dengan tekun dan penuh perhatian.
Surat Paulus kepada umat di Filipi, 2 : 1-8.
Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus.
1. Karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2. karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 3. dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati, yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri: 4. dan janganlah tiap-tiap orang hanya memerhatikan kepentingan sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 5. Hendaklah kamu dalam hidup bersama, … , 6. yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7. melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.
Dari kutipan di atas, kita tahu bahwa merendahkan diri juga dilakukan oleh Yang Mahatinggi, ialah Allah sendiri, mengambil wujud manusia dalam diri Yesus Kristus. Betapa agung dan luhurnya Allah yang Mahakuasa, tetapi Ia rela merendahkan diri menjadi manusia, sama dengan kita, kecuali dalam hal dosa.
Sebetulnya, rendah hati merupakan potensi yang ada pada manusia, sejak manusia sadar bahwa di atas dirinya ada yang lebih tinggi, atau lebih penting. Potensi rendah hati ada dalam diri semua manusia, hanya permasalahannya; dikembangkan atau tidak, diasah atau tidak, dibina atau tidak. Sikap rendah hati dapat dijadikan habitus baru bagi seseorang yang mementingkan perkembangan hidup menuju yang lebih baik.
Kami sajikan sebuah renungan yang berjudul; Syahadat Kerendahan Hati dan Jadilah Fondasi.
Berbuatlah kebaikan tanpa banyak bicara.
Cintailah Tuhan dan sesama tanpa banyak bicara.
Kerjakan tugasmu tanpa banyak bicara.
Terimalah kehendak Allah tanpa banyak bicara.
Berbahagialah bersama orang lain tanpa banyak bicara.
Tutuplah kesalahan orang lain tanpa banyak bicara.
Dambakan dan bercita-citalah tanpa banyak bicara.
Peluklah salib Yesus tanpa banyak bicara.
Berkorbanlah dan serahkan dirimu tanpa banyak bicara.
Tataplah surga tanpa banyak bicara.
Tataplah keutamaan tanpa banyak bicara.
Bertahanlah sampai mati tanpa banyak bicara.
Hendaklah engkau tidak berkeinginan menjadi seperti baling-baling penunjuk arah angin, yang disepuh emas pada puncak gedung yang tinggi. Meskipun demikian gemerlap dan tinggi letaknya,
ia tidak menyokong keteguhan bangunan itu.
Hendaknya engkau menjadi seperti batu fondasi, yang tersembunyi pada dasar bangunan
di bawah tanah, di mana tak ada seorang pun yang melihatnya,
tetapi berkat fondasi tersebut, bangunan itu tidak akan roboh.
Refleksi
- Rendah hati merupakan habitus yang dimiliki oleh setiap manusia. Sudahkah aku mengembangkannya, mengasahnya, menjadi sifat dan sikap dalam kehidupan?
- Relakah orang lain mengejekmu sebagai orang yang rendah hati? Uraikanlah jawabmu!
( Romualdus Suyono, FIC / Cahaya )